Sabtu,03Juli
0 com

Keluh Kesah Doaku, Tuhan..!


Tuhan aku tiba-tiba mengenalmu hari ini tanpa sepotong perjumpaan yg aku sadari dan terekam dalam memoriku, jangan salahkan jika (kadang) aq meragukanmu apalagi mencaci, membenci dan memusuhi aku seperti yg dilakukan sekelompok hambamu saat ini, tuhan bukan kau tak pantas memusuhiku tapi aku tak sepadan untuk kau jadikan musuh. cukup tuhan hilangkan saja keraguan itu dari dadaku, bukankah itu mudah bagimu.

hati kecilku selalu bergumam dengan sepak terjang hambamu itu yang katanya membelamu dan memperjuangkan agamamu, tuhan apa iya kau harus kami bela? ! Apa iya kau juga meempunyai agama?! mereka selalu geram dengan orang yang belum meyakini keberadaanmu padahal mereka juga tak pernah berjumpa denganmu sama seperti aku, tak pernah ada sepotong kue dan secangkir kopi hangat yang terasa ketika bertandang kerumahmu.

tuhan bukankh semua harus berproses melewati tahapan-tahapan yang kau gariskan dan ketika sesorang keluar dari garis itu garis yang lurus yang kau sebut shiratal mustaqim maka ia akan binasa seperti yang pernah dismpaikan hambamu yang paling mulia itu "taraktukum 'ala matsulil baidha', lailuha ka nahaariha la yazighu 'anha illa haalikun

bukankah juga kau tak pernah menghukum ibrahim as saat ia meyakini bulan sebagai tuhannya atau ketika selanjutnya ia juga menganggap matahari sebagai tuhannya dan ketika ia ibrahim as mempercayai bintang sebagai sesembahannya yang kau abadikan dlam al-quran (al-an'am 76-78).
juga ketika hambamu yang mulia itu meminta arinie kaifa tuhyil mauta?, jadi tuhan ketika ada yang meragukanmu termasuk aku buknkah itu adlah manusiawi bukankah sudah ada presedennya jadi bukan hal yang baru yang harus membuatmu terkejut apalagi "hamba-hamba yg membelamu itu" .

entah kapan engkau mengamanahi mereka atau jangan2 mereka melakukan kudeta untuk merebut kekuaasaanmu memang benar kau pernah mengatakan dan ini yg juga sering mereka bilang in tanshurullaha yansurkum wa yutsabbit aqdaamaku tapi apa kau meridhai orang yang membelamu justru mencederai hak sesama manusianya dan atas namamu lagi. bukankah seseorang yang berslah, melukai dan membuat hati orang lain sakit yang dalam bahasa muhammad saw disebut zhaalim harus meminta maaf kepada yang dizhaliminya (madzlum) baru engkau akan memafkannya kelak diakhirat.
Selengkapnya...

Sabtu,03Juli
1 com

Menjelajahi Lekuk Keperawanan


Sebenarnya saya agak ogah-ogahan menulis tentang ini, bukan hanya terlalu dalam tapi perempuan, membicarakan betisnya saja tak cukup seharian, apalagi saya tak ingin mengkerdilkan keperawanan hanya untuk sebatas makhluk yang berjenis kelamin perempuan (hal yang lumrah dipersepsi saat ini).

Begini kawan, keperawan bukan hanya sekedar selaput yang harus utuh sampai perkawinan (sah) tiba atau hanya boleh "terkoyak" pada malam pertama. terminologi keperawanan yang mengendap di dalam dan di bawah alam sadar kita yang terus dipupuk subur (terutama oleh lelaki) selalu bersaudara kembar dengan keutuhan hymen atau selaput dara. betapa semuanya telah dipersempit jika selaput tipis itu sudah tak ada dari diri seorang wanita otomatis ia tak perawan dan sudah bisa dipastikan pernah berhubungan seksual. sekali lagi betapa semuanya telah dipersempit.

Menjadikan selaput dara dan selanjutnya diperkenalkan dengan nama keperawanan sebagai segel moral adalah tidak mendasar sama sekali. bagaimana mungkin selaput tipis yang mudah sobek tersebut tidak hanya dengan hubungan seksual dapat dijadikan ukuran kesucian seseorang (perempuan). Nilai keperawan tidak boleh hanya sebatas ini harus ada lompatan kedepan untuk memaknainya, menggali spirit yang lebih manusiawi tidak hanya dalam memperlakukan perempuan tapi juga mempersepsinya. Selama ini persepsi tentang perempuan selalu dibangun oleh laki-laki tidak terkecuali bangunan persepsi tentang tubuh perempuan selama ini juga dikuasai laki-laki, istilah dan terminology yang muncul selalu dari proyeksi dan kacamata laki-laki.

Perjuangan emansipasi perempuan bisa jadi telah membebaskannya dari penghamba sahayaannya secara fisik namun tidak secara psikis dan persepsi, perempuan masih tertindas dalam pencitraan, keperawanan adalah contoh dimana laki-laki menetapkan standard dan syarat atas tubuh yang bukan miliknya. Lebih jauh ini megindikasikan masih kuat dan kental penindasan laki-laki terhadap perempuan, dalam hal ini bukan hanya perempuan yang harus diberikan penyuluhan tapi laki-laki juga harus diberikan pencerahan dalam memandang perempuan, perempuan adalah saudara kandung laki-laki yang sejajar dan harus diperlakukan manusiawi.
Selengkapnya...

Sabtu,03Juli
0 com

Mata(ram)


Baru selese makan bakso di warung lalu beranjak pulang, tiba-tiba terlihat (paha) perEmpuan lewat didepan mengendarai motor,, ketika beranjak dijalan tiba-tiba aku bgtu saja terpikir sepuluh tahun yang lalu di Mataram "Mata Cari Paha" tapi hari ini "Paha yang Cari Mata" semua telah berubah hanya "perubahan" saja yang tetap tak berubah.... entahlah apa itu perubahan yang baik atau tidak, setidaknya untuk masyarakat tapi selalu ada sisi negatif dan mungkin juga positif (untuk tak menafikan hal tsb) setidaknya mata tidak lagi lelah mencari mangsa, jelalatan kemana-mana (kayak tadi di depan waroeng tu hehehe). tp aku tak ingin menghakimi apa itu baik atau buruk. biarlah pasar kehidupan yang menentukan apa yang laku di pasar pasti akan bertahan dan akan banyak saingan sebaliknya yang tak dilirik pelanggan akan gulung tikar… ini bukan romantisme masa lalu apalagi apriori terhadap perubahan tapi sekedar mengenang saat-saat itu. Selengkapnya...

Sabtu,03Juli
0 com

Memahami al-Qur'an


alquran pada menit pertama disabdkan tidak pernah berpretensi lebih dari kitab suci, kitab petunjuk, sebuah kitab yang "merayu" dengan bahasa indah sebuah kaum yang mengagumi keiindahan sastra verbal yang sering berkumpul di pasar (ukas, majinnah, zul majaz) untuk beradu syair

oleh sebab itu pula alquran ketika ditantang oleh para penentangnya tentang kebenaranya tidak pernah mendatangkan sebuah "mukjizat" yang membungkam lawannya dalam arti metafisik atau adikodrati, alquran hanya menunjukkan kata-kata dan kisah-kisah yang terangkum dalam semua ayat-ayatnya, melalui ayat tersebut sebenarnya alquran sedang mengajak dan "membujuk" pendengarnya untuk mengikuti dan menerima hidayah, kesadaran dan tentu keimanan yang tidak hanya hadir karena keterpukauan oleh hal-hal yang metafisik, kesadaran inilah yang diinginkan alquran kesadaran dengan pendekatan rasio.

alquran melalui kisah-kisah yang dibawakannya tidak terlalu memperhatikan tentang faktualitas cerita tersebut, karena sekali lagi tujuan alquran bukan itu, bukan bercerita sejarah karena ia bukan buku sejarah apalagi ilmu pengetahuan, melalui rangkain cerita tesebut alquran hanya mengunakannya menjadi sarana untuk tujuan yang lebih mulia, mengajak kepada Tuhan

saya kira dengan pendekatan seperti ini kita tidak terjebak lagi dengan membenturkan antara keterangan-keterangan sejarah yang disampaikan alquran dengan temuan-temuan ilmiah atau dengan temuan temuan ilmu pengetahuan

akhirnya saya ingin mengutip apa yang disampaikan as-syathibi
"...kita tidak boleh menambahkan kepada al-quran hal yang tidak dikehendakinya, juga tidak boleh menghilangkan apa yag dikehendakinya..." Selengkapnya...

Sabtu,03Juli
0 com

Tentang Tuhan dan Akal

Pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa umat islam telah sampai pada titik kedewasaan penciptaan, titik klimaks evolusi agama (jika istilah ini diterima), islam telah menjelma dan dipilih tuhan menjadi titik kedewasaan umat manusia, akhir dari perjalanan keberagamaan monoteisme.

Islam adalah bentuk terakhir dari keberagamaan yang tidak hanya mengakhiri kerpercayaa terhadap sihir dan hal-hal mistis tapi juga menitipkan "kekuasaan' kepada akal seiring terhentinya wahyu, sebuah klaim yang didengungkan dari awal bahwa tidak ada agama/ wahyu dan nabi (sebagai perantara tuhan dan manusia) lagi.

saat ini akal tidak perlu lagi menunggu petunjuk langsung ilahi, karena wahyu telah tamat.
akal "kemanusian" sudah meleawati bentuk-bentuk keberagamaan ibrohimiah yang menjadi sebuah etape dan tangga yang niscaya dilalui menuju kemandirian ke arah kedewasaan, ke arah kesadaran tentang kedaulatan kemanusian dirinya, ke arah hakikat yang sebenarnya tentang tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya dalam alam ini, ini adalah titik dimana tuhan (dengan terhentinya wahyu) merasa bahwa akal mencapai kewedewasaannya, titik dimana akal tidak membutuhkan wahyu tuhan secara verbal melalui lisan seorang rasul. Selengkapnya...