Memahami al-Qur'an


alquran pada menit pertama disabdkan tidak pernah berpretensi lebih dari kitab suci, kitab petunjuk, sebuah kitab yang "merayu" dengan bahasa indah sebuah kaum yang mengagumi keiindahan sastra verbal yang sering berkumpul di pasar (ukas, majinnah, zul majaz) untuk beradu syair

oleh sebab itu pula alquran ketika ditantang oleh para penentangnya tentang kebenaranya tidak pernah mendatangkan sebuah "mukjizat" yang membungkam lawannya dalam arti metafisik atau adikodrati, alquran hanya menunjukkan kata-kata dan kisah-kisah yang terangkum dalam semua ayat-ayatnya, melalui ayat tersebut sebenarnya alquran sedang mengajak dan "membujuk" pendengarnya untuk mengikuti dan menerima hidayah, kesadaran dan tentu keimanan yang tidak hanya hadir karena keterpukauan oleh hal-hal yang metafisik, kesadaran inilah yang diinginkan alquran kesadaran dengan pendekatan rasio.

alquran melalui kisah-kisah yang dibawakannya tidak terlalu memperhatikan tentang faktualitas cerita tersebut, karena sekali lagi tujuan alquran bukan itu, bukan bercerita sejarah karena ia bukan buku sejarah apalagi ilmu pengetahuan, melalui rangkain cerita tesebut alquran hanya mengunakannya menjadi sarana untuk tujuan yang lebih mulia, mengajak kepada Tuhan

saya kira dengan pendekatan seperti ini kita tidak terjebak lagi dengan membenturkan antara keterangan-keterangan sejarah yang disampaikan alquran dengan temuan-temuan ilmiah atau dengan temuan temuan ilmu pengetahuan

akhirnya saya ingin mengutip apa yang disampaikan as-syathibi
"...kita tidak boleh menambahkan kepada al-quran hal yang tidak dikehendakinya, juga tidak boleh menghilangkan apa yag dikehendakinya..."

0 comments:

Posting Komentar