Tobat, Sebotol Bir dan Jilbab

Seorang perempuan yang duduk disebelahku, ditemani dengan sebotol bir yang aku perhatikan tinggal setengah sedang asyik berbagi cerita dengan kawan sebelahnya juga, dari hal yang remeh temeh sampai urusan serius dan pekerjaan mengalir dari bibirnya. aku tak menguping hanya karena jarak yang relatif dekat membuatku bisa mendengar semua aliran suara itu, gelak tawa sesekali menengahi pembicaraan mereka. aku yang sedang asyik dengan si mungil laptopku tak terlalu memperhatikannya.Sesekali gelak tawa itu terdengar kencang yang cukup membuat aku sedikit tergangu tapi ya sudahlah toh tempat ini bukan hanya milikku siapapun boleh kesini jadi terserah saja mereka mau berbuat apa pikirku.
Aku biasakan diriku dan membiarkan mereka menikmati apa yang dilakukan, sambil menyeruput minumannya perempuan tadi terus saja bercerita bersama asap rokok yang mengalir dari mulutnya entah kali ini tentang apa dan siapa yang dibicarakannya, aku sempat mendengar nama perempuan yang ia sebut yang katanya seksi dengan rok mini punya segudang pacar tapi ia bersuamikan seorang pria.

Dalam hati aku bisa menebak perempuan yang dibicaraknnya pasti berselingkuh. entahlah kali ini aku tak berani menerka apa perempuan dengan sebotor bir, sebatang rokok dengan asap mengepul ke udara yang duduk disebelahku iri dengan sepak terjang dan "pergerakan" perempuan seksi dengan rok mini yang ia bicarakan, kali ini aku tak mau menebak bukan saja karena aku sudah kehilangan konsentrasi dengan diam-diam memikirkan apa yang perempuan tadi bicarakan juga aku tak mau berburuk sangka su'u dzan kepadanya.

Aku kembali meneruskan keasyikanku memencet tuts-tuts keyboard si mungilku, terlelap kembali dalam kesyahduan "semedi" kontemporer tak aku hiraukan ratusan dan bahkan ribuan kata yang mengalir deras membanjiri obrolan perempuan tadi dengan teman sebelahnya, tiba-tiba aku terhenyak mendengar kalimat singkat yag keluar dari bibir mungilnya "aku ingin tobat, mau pake jilbab"
aku tak mengerti tak jua ingin aku tanyakan kepadanya apa kalimat itu keluar dalam keadaan sadar atau dibawah pengaruh minuman yang ketika itu aku lihat ada 6 enam bintang besar diatas mejanya.

Ah.. terserah lah aku tak akan mengusik mereka, biar saja terlelap dengan dunianya, dunia yang menurut sebagian besar orang berpunggungan dengan "dunia jilbab", kalau boleh aku sebut (dan jika istilah ini disetujui) dunia mereka sebagai "dunia keset". berkebalikan sangat, jilbab ada dikepala yang selalu ditahbiskan keset selalu untuk kaki semahal apapun, kotor dan tak bernilai.
tapi dengan ini aku tak hendak "mengotori' mereka justru aku ingin berangkat dari titik ini dengan sebuah pertanyaan mendasar. apa dengan berjilbab seseorang sudah bertobat? apa iyya yang tak berjilbab itu masih belum ber"tobat"? lebih jauh, apa bisa jilbab (dengan berbagai varian definisi dan aplikasinya) bisa dijadikan indikator kebertobatan seseorang? dan lagi lebih jauh apa iyya perempuan yang tak berjilbab selalu berdosa karena ia belum bertobat (berjilbab)?

Itu semua aku tak akan menjawabnya, aku tak mau masuk kedalam perdebatan-perdebatan panjang dan melelahkan tentang jilbab, aku hanya ingin berkata bahwa sungguh kalimat perempuan dengan sebotol bir dan sebatang rokok dengan asap mengepul ke udara yang duduk diseblahku "aku ingin tobat, mau pake jilbab", masih kuat mengindikasikan dikotomi perempuan jilbab dan non-jilbab entahlah siapa yang salah perempuan itu yang tak mau belajar atau (ajaran yang dilahirkan ulama) islam masih mendiskriminasikan perempuan jilbab dan perempuan keset.

0 comments:

Posting Komentar